Rabu, 20 Maret 2013

FILOSOFI GERAKAN IMM






Kesadaran kolektif yang menggerakkan roda organisasi berporos pada akar falsafah eksistensinya. Untuk itu, falsafah gerak merupakan representasi kesadaran historis yang mengisi semangat zaman pada konteksnya. Secara verbal, abstraksi falasafah gerak tersebut dapat ditemukan pada setiap rumudan identitas, hakekat maupun tujuan kehadiran sebuah organisasi. Yang disadari sejak awal adalah bahwa rumusan-rumusan itu merupakan rancang bangun dari imajinasi kolektif. Inilah “seruan primordialitas” setiap gerakan yang dalam term new social movement dikenal demgan theology of hope. Dalam kaitan ini, wacana moralitas, kebebasan, dan tanggungjawab intelektual merupakan diskursus fundamental dalam gerakan-gerakan sosial, termasuk di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kalau kita telusuri berbagai dokumen, piagam pernyataan maupun deklalasi IMM adalah gerakan kemahasiswaan Islam yang menempatkan diri pada garda gerakan moral-intelektual berbasis kerakyatan (popular intellectual). Gagasan moralitas dalam gerakan social tidak bisa dilepaskan dari cita-cita kebebasab itu sendiri. Pengungkit gerakan yang akan menyingkap tabir-tabir anomaly social terletak pada moralitas kebebasan. Falasafah moralitas dalam ikatan seharusnya melampaui wilayah normativitas menuju kancah social empiric yang menjadi medan kebutuhan dasar manusia bukan pola gerakan yang mengartikulasikan diri pada wilayah moralitas teks. Sudah saatnya falsafah dan pola gerakan IMM mengarahkan diri pada komitmen kemanusiaan melalui artikulasi intelektual yang berbasis kerakyatan. Pada hakekatnya, falsafah gerakan memanifestasikan hasrat imajinasi pada kurun tertentu, saat ini IMM harus melakukan penegasan identitas sekaligus radikalisasi imajinasi yang berorientasi pada pembebasan, pencerahan dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan dasar anomali-anomali social untuk konteks kekinian. Beranjak dari amanah Muktamar Muhammadiyah ke 45 di Malang yang telah merekomemdasikan secara intensif, terarah dan terancang (BRM 1/2005, 184). Langkan ini perlu dioptimalkan untuk mendorong proses regenerasi dan peningkatan kualitas kader dari tingkatan yang paling bawah (Komisariat) hingga tingkatan Dewan Pimpinan Daerah. Dalam konteks ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM ) diharapkan mampu memfungsikan dirinya sebagai basis kaderisasi kepemimpinan gerakan intelektual. Penguatan Ikatan sebagai Gerakan Sosial Islam Kader IMM saat ini, banyak dihinggapi oleh perasaan inferior. Perasaan merasa kecil, tidak percaya diri dan tidak memiliki sumbangsih peran. Hal ini karena kader IMM belum benar-benar menyadari mengenai potensi dan kekuatan IMM sebagai ortom Muhammadiyah. Serta tidak terlepas dari minimnya pengetahuan kader mengenai kondisi serupa yang dialami oleh umumnya gerakan mahasiswa. Pepatah “rumput tetangga terlihat lebih hijau daripada rumput sendiri”, menjadi benar adanya dalam kasus ini. Tentu saja kader IMM lebih memahami rumah tangga sendiri dibandingkan dengan rumah tangga orang lain. Perasaan tersebut diperkuat dengan pandangan, baik sadar ataupun tidak, bahwa IMM saat ini ‘sendirian’. Terlepas realita bahwasanya belum terdapat sinergi antara perkaderan IMM, Ortom dan Muhammadiyah. Bercermin untuk melihat kondisi IMM saat ini adalah penting. Namun, cermin merupakan pantulan realita yang bisu dan tanpa persepsi. Cermin hanya memantulkan subjektifitas subjek akan dirinya. Untuk itu, IMM harus berani jujur pada diri sendiri, jujur pada kondisi perkaderan dan institusi, dan jujur pada keilmuan yang dimiliki. Serta yang terpenting, IMM harus berani jujur pada tujuan dan harapan keberadaan Ikatan. Menjadi bagian dari mata rantai perjuangan dakwah sosial Muhammadiyah. Sehingga, kesinambungan dan sinergi perkaderan dan institusi IMM menjadi satu ranah perjuangan melalui visi kebangsaan yang utuh. IMM memiliki tiga kompetensi dasar yaitu Intelektualitas, Spiritualitas dan Humanitas. Tiga kompetensi dasar tersebut merupakan gambaran ‘kader utuh’ IMM. Proses dan jenjang perkaderan dalam tubuh Ikatan tidak terlepas dari tujuan pembentukan karakter tersebut. Meskipun, melihat ‘seluk beluk’ jenjang formal perkaderan saat ini (DAD, DAM dan DAP), menjadi miris untuk berani mengatakan bahwa harapan terbentuknya ‘kader utuh’ IMM dapat terwujud dengan mudah. Intelektualitas kader tidak tertanam secara massif. Cukup banyak kader yang membanggakan dirinya telah mengikuti perkaderan formal tanpa keinginan untuk melakukan individuasi pasca perkaderan. Merasa cukup dengan pengetahuan umum tanpa memiliki kerangka analisis sosial. Tidak cukup berani memaknai betapa pentingnya metode falsafati sebagai metode berpikir. Dalam hal massifikasi gerakan-pun masih terlihat lemah. Diskursus wacana yang dibangun tidak bersinergi dengan ranah aplikasi di tingkat pergerakan sosial. Intelektualitas yang dimiliki hanya menjadi bagian dari kesadaran naif, dan belum sampai pada tataran kesadaran kritis. Kontekstualisasi akan spriritualitas diterjemahkan kelewat ‘bebas’ oleh kader Ikatan yang mengaku kritis dan radikal. Atau diterjemahkan bak ‘tempurung’ oleh mereka yang mencoba lari dalam suatu pembenaran akan Islam. Maka wajar bila masjid lebih banyak hidup dan dihidup-hidupi oleh karakteristik pemikiran yang semakin menjauhkan masyarakat muslim dari realitas sosialnya. Semangat tiga kompetensi dasar IMM seharusnya menjadi satu kesatuan karakter yang dibangun. Masjid tidak sekedar menjadi tempat pengajian tapi juga kajian sosial, tidak sekedar praktik ibadah tapi juga merumuskan ranah gerakan. Keeratan emosional tidak disatukan oleh kepentingan, melainkan kesadaran akan visi kebangsaan. Yang dimulai dan didasarkan pada spiritualitas dan dikembangkan melalui intelektual, untuk mewujudkan sebuah negeri yang aman, tenteram, berkeadilan dan sejahtera. Kader yang radikal dan progresif adalah kader yang tidak hanya matang dari sisi intelektual dan gerakan sosial namun juga matang dalam hal spiritual. Kader IMM mampu untuk berdikusi hingga larut malam dan menetapkan strategi gerakan, namun tetap istiqamah dalam melakukan shalat malam. Tidak pernah terlihat buku lepas dari tangannya sebagaimana seorang kader tidak meninggalkan ibadah wajib dan shalat tepat pada waktunya. Memahami sejarah peradaban Islam dengan pelbagai fakta sejarah didalamnya sebagaimana kemampuan analisis yang didasarkan pada filsafat sosial. Reformasi Perkaderan: Mewujudkan Kader-Aktivis Kader-Aktivis merupakan terminologi anggota IMM yang ideal. Sebagai kader ia bukan sekedar anggota, melainkan memahami visi dan tujuan Ikatan, dengan penuh kesadaran memilih IMM sebagai wadah perjuangan gerakan. Sebagai kader, ia mestilah memiliki penguasaan dan wawasan atas Islam selaku agama dan Muhammadiyah sebagai gerakan, serta berkapasitas intelektual dalam arti yang luas. Sebagai aktivis, ia memiliki penguasaan sebagai intelektual gerakan dengan anti-kapitalisme dan anti-neoimperialisme sebagai paradigma. Ia pula, memiliki seperangkat kompetensi sebagai aktivis gerakan dengan kemampuan praksis lapangan. Tidak semua anggota IMM adalah kader. Tidak semua kader adalah aktivis, sebagaimana tidak semua aktivis di dalam IMM bervisi kader. Masa depan IMM berada di tangan kader-aktivis. Karakter kader-aktivis dapat terbentuk dengan perumusan tafsiran baru atas spiritualitas, intelektualitas dan humanitas. Kebutuhan identitas-karakter atas tiga pondasi tersebut mensyaratkan adanya kepaduan ideologis dan simbolis. Spiritualitas, mengacu pada pemikiran Fazlur Rahman mengenai pentingnya Islam dipahami secara utuh, bukan parsial, untuk kemudian menjadi basis ontologis dalam bertindak. Hal ini merupakan bentuk perlawanan atas logika positivis yang menghantarkan abad 20 pada kondisi unsecurity ontological. Dari Sayyid Qutb kita belajar bahwa, “pemahaman atas agama ini tak boleh diambil dari orang-orang yang tak berjuang, yang hanya berinteraksi dengan kertas-kertas dingin!”. Qutb meyakini keberhasilan perjuangan bukan keberanian semata, tapi keyakinan dan prinsip untuk tidak berdiam diri. Kajian-kajian di masjid diselenggarkan, mimbar-mimbar di buka, berbicara mengenai –gagasan Qutb- prinsip-prinsip fundamental Islam yang bersifat revolusioner. Ia adalah revolusi melawan kekuasaan penindas dan ketidakadilan. Intelektualitas. Seorang intelektual menurut Gramsci, adalah pribadi yang berpihak. Gramsci mengecam para intelektual yang berpikir bahwa dirinya independen dan otonom. Merasa dirinya mampu memetakan masalah yang di hadapi kelas sosial dan merumuskan solusinya di secarik kertas, tanpa pernah hidup bersama mereka. HIngga pada akhirnya, kebijakan mereka justru merugikan rakyat banyak. Inilah pengkhianatan yang sesungguhnya dari kaum intelektual. Itulah mengapa Ali Syariati percaya bahwa peran pendidikan dapat mendorong revolusi sosial. Bagi mahasiswanya, Syariati merupakan dosen ideal dengan pidato yang memikat dan berkobar. Tradisi kuliahnya yang provokatif dan berpihak pada kaum tertindas ternyata menolak absensi administratif yang menurutnya birokratis dan membodohkan. Bagi Syariati, kembali pada Islam saja tidak cukup. Islam Abu Dzar atau Marwan? Syariati menyampaikan bahwa Islam yang benar lebih dari sekedar kepedulian. Islam yang benar memerintahkan kaum beriman untuk berjuang untuk keadilan, kemanusiaan dan penghapusan kemiskinan. Humanitas. Ahmad Dahlan adalah sosok pendiri Muhammadiyah yang pernah di cap ‘ulama Kristen’, mengimplementasikan pemahaman Qur’an dengan mendirikan sekolah, membangun panti asuhan dan menghadirkan sarana pengobatan. Keberpihakannya begitu nampak, yang justru berbeda dengan belenggu yang menghimpit Muhammadiyah saat ini. Ada yang percaya hal ini dikarenakan pada masa itu anggota Muhammadiyah adalah entrepreneur yang tak segan mensedekahkan hartanya untuk organisasi. Tak segan Ahmad Dahlan berhadapan langsung dengan tradisi feodal Kraton dan pemahaman Islam konservatif. Bila strategi Ahmad Dahlan cukup moderat, Che merupakan sosok revolusioner yang mendunia. Wajahnya banyak terpampang di berbagai kaos dan buku, yang kini justru menjadi komoditas industri. Mereka yang mengoleksinya tak lagi ingat bagaimana pilihannya untuk terlibat bersama massa tertindas, miskin dan terlupakan, harus di bayar dengan mahal. Ia menyadari bahwa empati saja tidak cukup untuk menyelesaikan persoalan. Sistem itu harus di tumbangkan. Che bukan sosok yang berkata ‘pergi dan bertempurlah’, tetapi justru berkata ‘ikutilah aku dan berperang’. Menjadi kader pioneer dalam dinamika intelektualisme di Muhammadiyah merupakan nilai inti dari eksistensi IMM. Sesungguhnya kekuatan inti IMM sebagai kader Muhammadiyah terletak pada kesadaran dan kemampuan intelektual kader-kadernya yang secara kolektif memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Surat Al-Ma’un (Intelegensia Al Ma’un). Terjadinya tranformasi kader di berbagai bidang kehidupan.
(Rahmat)

IMM Pasbar Serahkan Bantuan Longsor

Pasbar, Padek—Sebagai ben­tuk ikut peduli terhadap korban longsor yang terjadi di Kampung Dadok, Kanagarian Tan­jung Sani, Kecamatan Tan­jung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Minggu (27/1) lalu. Ikatan Mahasiswa Mu­ham­madiyah (IMM) Cabang Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) langsung turun ke ma­syarakat untuk me­ng­him­pun dana guna membantu korban yang tertimpa musibah tersebut.

“Alhamdulillah kita dari IMM sudah turun langsung menggalang dana ke tiga titik yang dianggap strategis untuk menghimpun dana. Di Sim­pang­sayur-pasar Ujunggading, bundaran Simpangampek dan di pasar Silaping,” kata Ketua IMM Cabang Pasbar, Hendra Ye­ni kepada Padang Ekspres di Simpangampek, Selasa (5/2).

Menurutnya, dari tiga titik atau tiga kecamatan itu, ma­ha­siswa yang tergabung pada IMM berhasil menghimpun da­na Rp4,7 juta. Dan diren­can­kan hari ini (Selasa 5/2) akan langsung diserahkan bantuan itu ke panitia bencana longsor yang ada di Kabupaten Agam. Bantuan yang diserahkan itu, sebanyak Rp3,2 juta berupa barang seperti sembako, se­li­mut dan lainnya. Sedangkan si­sanya Rp1,5 juta akan dise­rah­kan dalam bentuk uang tunai.

Kegiatan ini merupakan sebagai bentuk kepedulian mahasiswa atas musibah yang dirasakan oleh masyarakat di Agam. Apapun yang dirasakan oleh masyarakat di Agam, pihaknya juga turut prihatin atas musibah itu. Dan sebagai bukti ikut berduka cita maka secara spontan langsung dila­ku­kan penggalangan dana di pasar dan disimpang lokasi stratKegiatangis lainnya.

Penggalangan dana ini la­ng­sung murni dilakukan oleh mahasiswa, tanpa ada yang menyuruh dari pihak mana­pun. Dengan adanya bantuan ini diharapkan korban akan merasa terbantu dan beban yang dialami korban dapat berkurang. “Kita akan lang­sung berangkat ke Agam untuk menyerahkan bantuan ini. “Semoga bantuan ini dapat bermanfaat,”kata Hendra Ju­ru­san Al-Ahwal Asy-Syakhs­hi­yah Fakultas Syariah STAI Umar Bin Khattab ini.

Mantan Ketua IMM Ca­bang Pasbar, Devi Irawan yang juga sedang kuliah di STAI Yaptip ini menambahkan, ke­gia­tan penggalangan ini su­dah berlangsung sejak Sabtu-Senin (2-4/2) lalu. Mudah-mudahan bantuan ini dapat me­ri­ngan­kan beban korban longsor yang terjadi pada 27 Januari 2013 lalu.

“Ya, bantuan yang kita serahkan itu, jumlahnya me­mang tidak seberapa. Tapi ter­penting korban terkena long­sor bisa semangat lagi,” kata Rahmat Hidayatullah selaku mantan Sekum IMM Pasbar ini. (Rahmat)

Ada Apa dibalik Kasus Mesum Dewan Pasbar


Pasbar - Entah apa yang terjadi pada Badan Kehormatan (BK) DPRD Kabupaten Pasaman Barat. Pasalnya, kasus dugaan mesum anggota DPRD Pasbar berinisial “J” sudah berlalu lebih kurang 1,5 bulan. Tapi BK belum juga menyampaikan kesimpulan. BK seolah hening dan mendiamkan saja kasus itu, sehingga tak diketahui lagi ujungnya.

Padahal, sekitar dua minggu lalu, Ketua BK DPRD Pasbar, Lili Syukri mengaku sudah mengantongi hasil verifikasi yang mereka lakukan. Tiga pakar agama dan adat sudah memberikan telaah, jika “J” terbukti melanggar etika dan kode etik DPRD. Bahkan kasus itu bisa pula menjadi tindak pidana.

Tapi, waktu itu ia mengatakan, akan melakukan kajian mendalam terlebih dahulu sebelum menyampaikan hasil verfikasi tersebut kepada unsur pimpinan DPRD setempat. Hal itu sudah sekitar dua minggu pula berlalu.

Ketua DPRD Pasbar, Yulianto ketika dihubungi Haluan kemarin mengaku belum menerima surat rekomendasi atau penyampaian hasil verfikasi BK terkait kasus dugaan mesum salah seorang anggota dewan tersebut.

“Selaku lembaga unsur pimpinan, kami belum menerima hasil verifikasi dan penyelidikan dari tim pencari fakta atau dari BK,” katanya.

Ia katakan, sejak awal yang melaksanakan tugas pencari fakta itu adalah BK. Sebagai pimpinan ia hanya menunggu hasil yang disampaikan BK secara resmi kepadanya. Jika itu belum ada, tentunya pimpinan dewan pun belum bisa pula mengambil tindakan ataupun putusan selanjutnya.

“Ya, kita juga belum bisa berbuat apa-apa, karena hasil dari BK belum keluar. Dan kalau sudah keluar akan ditindaklanjuti dengan cepat, sesuai perundang-undangan yang berlaku di negara ini,” kata Yulianto.

Atas kelalain BK itu pula, aktifis mahasiswa yang ada di Pasbar juga meradang. Mereka menilai BK sudah sengaja mengulur-ulur kasus tesebut. Seperti yang dikatakan Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Kabupaten Pasbar, Hendra Yeni kemarin. Mereka mempertanyakan kinerja BK itu.

Dia meminta agar BK proaktif menyelesaikan perkara yang sempat merusak nama baik Kabupaten Pasbar ini. Apalagi BK kepada mahasiswa saat dilakukan demonstrasi ke kantor DPRD setempat telah berjanji akan menyampaikan kesimpulannya. Namun, hingga detik ini belum ada informasi dari pihak BK. Pihaknya, akan tetap memantau kasus ini, dan dalam waktu dekat, pihaknya juga akan melakukan rapat pimpinan guna menindaklanjuti kasus ini.

Sementara itu, Ketua BK DPRD Pasbar, Lili Syukri saat akan konfirmasi Haluan di kantornya ternyata tidak berada di tempat. Begitu juga dengan telepon selulernya dengan nomor 082172220xxx tidak aktif. Hal yang sama juga terjadi pada oknum anggota dewan yang tersangkut kasus itu.

Seperti deberitakan sebelumnya, kasus dugaan mesum anggota dewan itu mendapat respon dari elemen masyarakat. Berulang kali aktivis mahasiswa menggelar unjukrasa ke kantor DPRD setempat. Mereka menuntut anggota dewan itu diberhentikan dari jabatannya. Organisasi mahasiswa yang menggelar demo seperti, HMI, IMM Pasbar serta unsur mahasiswa Pasbar

Jika Memang, Kasus ini tidak diusut tuntas oleh BK maka kami dari elemen mahasiswa siap untuk melakukan Aksi Besar-besar dan kalo perlu BK diambil alih oleh mahasiswa, karena merupakan aspirasi masyarakat pasbar sudah diabaikan. ujar ketua Cabang IMM pasbar ketika ditemui dan didampingi rahmat hidayatullah selaku Sekretaris Umum Pc Imm Pasbar periode 2011-2012. (*)

Harga TBS Anjlok di Pasbar

Pasbar, Padek—Sejumlah ma­ha­siswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) me­la­kukan aksi unjuk rasa ke kantor DPRD dan kantor bupati se­tem­pat Kamis siang kemarin (18/10). Mahasiswa menuntut kepada pemerintah agar nasib petani kelapa sawit diperhatikan secara maksimal, khususnya mengenai harga tandan buah sawit yang saat ini sedang anjlok.

Menurut Koordinator aksi demo, Indra Oloan me­nye­but­kan, aksi yang dilakukan para mahasiswa ini merupakan ben­tuk keprihatinan mahasiswa ter­hadap nasib petani kelapa sawit. Pasalnya harga buah sawit saat ini mengalami turun drastis. Artinya, harga saat ini sangat memprihatinkan terhadap petani sawit yang tidak kunjung stabil.

“Mahasiswa ingin agar kon­disi harga ini tidak berlarut-larut sehingga petani kelapa sawit tidak semakin menjerit. Dan pemerintah daerah dan DPRD harus cepat respon menstabilkan harga kelapa sawit ini,”kata Indra Oloan.

Selain itu, pihak legislatif dan eksekutif  mesti membentuk panitia khusus untuk mengkaji turun dan rendahnya harga sawit di daerah Pasbar ini. Mahasiswa siap mengawasi jalannya panitia khusus itu, karena gerakan unjuk rasa ini murni untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk ke­pentingan pribadi. Kedatangan mahasiswa itu ke DPRD dan kantor bupati setempat murni untuk memperjuangkan nasib petani Pasaman Barat dan tidak punya kepentingan yang lain.

Sementara itu salah satu ma­hasiswa Devi Irawan yang juga Ketu­a Ikatan Mahasiswa Mu­ham­madyah (IMM) Cabang Pas­bar, menambahkan,  kalau dilihat dari harga sawit ini, posisi ma­syarakat petani sawit sangat menjerit dan menangis. Karena turunnya harga sawit itu dapat memicu perekonomian ma­sya­rakat menjadi tidak stabil.

Harga sawit saat ini hanya Rp1.000/kg,  sementara harga sawit plasma sekitar Rp1.400 per kilogram. Bahkan pernah harga sawit ditingkat petani mencapai Rp750/kg beberapa minggu bela­kangan ini.

“Ekonomi rakyat semakin parah akibat turunnya harga sawit. Alasan perusahaan turun­nya harga sawit karena rendemen sawit masyarakat rendah. Pa­da­hal menurut survei rendemen tertinggi di Sumatra Barat bah­kan Indonesia,” jelas Devi.

Asisten I bidang Pe­me­rin­tahan Setda Pasbar, Mu­ha­yat­syah menyampaikan, persoalan harga sawit  pihak pemda akan membentuk tim termasuk peru­sahaan, masyarakat dan ma­hasiswa serta instansi terkait lainnya. Tujuannya untuk me­yelesaikan harga sawit yang se­dang anjlok saat ini.

“Kita akan  segera bentuk tim agar harga sawit ini normal kem­bali,”kata Muhayatsyah.

Ketua DPRD Pasaman Barat, Antonius bersama pimpinan DPRD dihadapan mahasiswa, mengatakan turun dan ren­dah­nya harga sawit masyarakat di Pasaman Barat karena peru­sahaan berdalih dengan alasan rendemen sawit masyarakat ren­dah. Hasil survei rendemen sawit Pasaman Barat  tinggi di Sumbar bahkan Indonesia. Ia menilai pihak perusahaan tidak tran­sparan, tidak akurat dalam me­nilai sawit masyarakat yang me­ngatakan rendah.

­“DPRD sepakat dengan ma­hasiswa, perjuanganya murni untuk kepentingan petani,” tegas Antonius.(*)

Aktivis IMM Demo DPRD Pasbar Desak Anggota Dewan Mesum Dipecat

Puluhan ak­tivis mahasiswa yang tergabung pada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Kabupaten Pasbar berunjuk rasa ke gedung DPRD Pasbar Kamis (03/01) kemarin. Mereka me­nuntut anggota dewan berinisial J, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), diberhentikan dari jabatannya.
Seperti diberitakan, anggota dewan itu diduga berbuat me­sum bersama teman wanitanya di atas mobil di Korong Sim­pang, Nagari Ketaping, Ka­bupaten Padangpariaman Sabtu (29/12) lalu.
Demo digelar pukul 10.00. Para pendemo membawa poster dan spanduk bertuliskan desa­kan IMM cabang pasaman Barat agar Badan Kehor­matan (BK) member­hentikan anggota DPRD Pasbar berinisial J.
Mahasiswa Pasbar meminta DPRD membentuk pansus guna memberhentikan J yang dinilai telah mencoreng nama baik Pasbar.
Setelah berorasi, para ma­hasiswa diajak berdialog oleh pimpinan dan anggota dewan lainnya di ruangan Sekwan.
Ketua PC IMM Pasaman Barat, Devi Irawan didampingi koordinator demo Rahmat Hidayatullah dan Hendra Yani mengatakan kepri­hatinan mereka terhadap kasus asusila yang diduga dilakukan oknum anggota dewan.
“Kita ingin komitmen unsur pimpinan dan Badan Kehor­matan DPRD memberhentikan anggota dewan itu. Karena telah melanggar kode etik, bahkan adat dan agama sendiri,” kata Devi Irawan . Jika kasus ini didiamkan, mereka mengancam akan terus berunjuk rasa hingga persoalan ini tuntas. dan memberikan limit waktu selama seminggu.
Pj Ketua DPRD Pasbar, Dali­us K didampingi wakilnya Syam­sul Bahri menyampaikan, unjuk rasa mahasiswa ini akan mem­perkuat referensi DPRD Pasbar untuk melakukan tindakan. “Saya harap para mahasiswa bersabar, kami pasti melakukan tindakan sesuai aturan. Ter­masuk membentuk pansus me­lakukan kajian terhadap per­soalan ini,” katanya.
Ketua BK DPRD Pasbar, Lili Sukri, menegaskan akan mela­kukan pemeriksaan internal terhadap J. Kalau memang terbukti, akan diajukan pergan­tian antar waktu (PAW). “Kalau terbukti bersalah melanggar kode etik, BK tidak ragu mem­berikan sanksi tegas sesuai dengan perundang-undangan,” tegas Lili Sukri didampingi anggota dewan lainnya. (*)